Kamis, 16 Agustus 2012
Suatu hari, Kuku, putri Kepala Penjaga Negeri Mayana, diculik oleh
sang penyihir untuk dijadikan persembahan upacara ritual untuk
mendapatkan keabadian.
Nobita, Doraemon, dan kawan-kawan yang
mengetahui hal ini membantu Pangeran menyelamatkan Kuku, berpetualang
menembus rimba belantara, pergi ke Istana Kegelapan!
Kamis libur Nyepi kemarin, 26 Maret 2009, RCTI memutar kembali film
jadul ini. (Gimana nggak jadul, dari aku baru lahir Doraemon udah
eksis!) Anehnya, walau sudah berkali-kali menonton film ini –dulu aku
punya CDnya–, tidak pernah ada rasa bosan kala menontonnya kembali.
Doraemon dan alat-alat aneh dari kantong ajaibnya. Kekonyolan Nobita.
Duet Giant-Suneo. Kemiripan Kuku dan Shizuka. Keangkuhan Pangeran
Mahkota. Ke-imut-dan-lucu-an Poporu. Haru dan tawa yang berbaur di
dalamnya. Semuanya.
Meski hanya film kartun, yang kadang diremehkan karena dianggap film
anak-anak, aku menangkap banyak sekali pelajaran berharga dari film ini.
Tentang Nobita, yang cengeng dan selalu dijadikan bulan-bulanan,
ternyata mampu menjadi pangeran yang luar biasa. Pangeran yang dicintai
dan dihormati rakyatnya bukan karena kekuatan, tetapi karena kebaikan
hati dan kedekatannya dengan rakyat. Tentang pengorbanan. Tentang
kesetiaan. Tentang memaafkan. Tentang menghormati guru. Tentang
keluarga. Tentang kerja keras.
Tentang keberanian. Dan terutama,
tentang persahabatan dan kerja sama, bahwa satu ditambah satu tentu
lebih baik dari hanya satu.
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar